2/08/2015

Sebuah Tradisi Hidup "Orang Sudara" di negri Booi

Ada sebuah keunikan dari tabiat hidup orang Booi, dan sampai oras ini akang masih dipraktekan terus secara turun temurun. Untuk itu Perlu #SaveTrap2Booi jelaskan hal2 unik ini bagi basudara orang Booi semua, agar diketahui.

Sebab pada dasarnya Tabiat yang sudah menjadi sebuah tradisi dalam sejarah hidup orang Booi, yaitu salah satu dari wujud budaya hidop orang basudara, yang jika ditarik dari setiap slakbom mataruma masing2 pasti memiliki hubungan saudara, yang mengikat ikatan persaudaraan (dari proses kawin mawin) hampir semua orang yang hidup sekarang di negeri Booi.

Atas dasar itu, jika ada setiap hajat atau acara seperti Baptisan kudus, Perkawinan, dll, yang biasanya pada sebagian besar negeri di pulau Saparua atau Maluku harus memakai undangan resmi bagi orang2 tertentu (untuk menghadiri acara resepsi); hal tersebut tidak berlaku bagi masyarakat negeri Booi. Artinya setiap acara2 dimaksud, sudah menjadi kewajiban bagi semua orang Booi untuk turut bersama2 memberikan ucapan selamat dan terlibat dalam kebahagiaan tersebut.

Sehingga dari tabiat yang telah menjadi tradisi unik ini, sesungguhnya mengandung sejumlah nilai-nilai luhur yang telah dititipkan oleh generasi terdahulu orang Booi. Diantaranya nilai solidaritas (susah senang harus bersama2), nilai persaudaraan, dan nilai kesederajatan sebagai orang Booi; kenyataan ini masih terlestari hingga sekarang.

Perlu #SaveTrap2Booi menjelaskan pula bentuk lain dari tabiat, tradisi, yang juga merupakan produk budaya lokal orang Booi yang masih terjaga sampai sekarang adalah:

"TRADISI YANG MENGATUR HASIL DIDUSUN; KALAU YANG JATUH DITANA ORANG LAENG PUNG"

Mungkin admin menamakan bentuk dari tabiat orang Booi ini agar lebih mudah untuk dipahami dalam penjelasan berikut, sebagai sebuah tradisi yang menarik pula kalau dijelaskan dalam hubungan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini.

Yaitu setiap masyarakat orang Booi tidak akan membatasi batas dusun masing2 terhadap masyarakat umum lainnya. Artinya setiap orang Booi bebas mencari dan memiliki buah Pala, Kenari, Cengkeh, Durian, dll yang sudah jatuh ditanah (yang gugur sendiri, sebanyak yang ia bisa kumpulkan), tanpa dilarang.

Mungkin hal ini adalah sebuah kearifan sosial yang sudah membudaya dalam tradisi orang Booi, untuk memberikan peluang bagi sebagian masyarakat negeri Booi yang tidak memiliki dusun, agar bisa juga mendapatkan kesempatan yang kurang lebih sama dengan mereka yang memiliki dusun, agar bertumbuh dari sisi ekonomi secara bersama2. Asalkan orang tersebut rajin, maka peluang untuk hidup dalam kesetaraan sosial, budaya, dan ekonomi bisa tercapai lewat tradisi ini..

Sehingga betapa hebat leluhur negeri Booi yang sesungguhnya telah mengatur tatanan adat istiadat, tabiat, tradisi, dan budaya mereka, agar menjadi hebat dan besar secara bersama2 kelak, ketika bentuk kearifan budaya lokal ini bisa dilakukan secara otomastis dan terlestari dari waktu kewaktu.

Maka dari itu, seyogianya kita harus berbangga sebagai generasi penerus orang Booi di hari ini : semoga nilai solidaritas, nilai persaudaraan, nilai kesederajatan, dan kasih (lewat tabiat dan tradisi di atas), akan terus terpelihara dalam realitas kehidupan kita di hari ini, yaitu sebagai orang Booi yang modern, tetapi menjunjung tinggi khasana tradisi dan budaya lokal milik kita sendiri.

"Semoga Bermanfaat"
#SaveTrap2Booi
#TanitalEtoNuhui
#GunungItuTinggi
Location: Booi, Saparua, Central Maluku Regency, Maluku, Indonesia

0 comments:

Post a Comment