7/29/2015

ILOILOWONYO: "gerbang pertahanan orang Booi ditembusi oleh musuh".

Leluhur negeri Booi sejak pertama kali membangun negeri mereka, yang diapit oleh "jurang sedang" (baca: Kaerkaer) pada kedua sisi negeri di bagian utara yaitu Iloilowonyo dan di bagian selatan yaitu Rourunyo, adalah pilihan matematis tetapi juga sistematis untuk membentengi kediaman baru orang Sawahil (baca: Nama negeri lama orang Booi) yang hendak memilih permukiman baru, yang dimana pada saat yang sama, dalam periodesasi kolonialisme bangsa Eropa mulai ekspansi masuk ke pulau Saparua oleh VOC Belanda pada tahun 1630 (ini terbukti dalam sejarah orang Ullath yang memeluk agama Kristen Protestan pada tahun yang sama) dan mulai memerintahkan masyarakat yang di pulau Saparua untuk mencari negeri defenitif  yang baru di pesisir pantai pulau Saparua.

Pada bagian utara yaitu di Iloilowonyo, hanya ada satu jalan yang tersedia sebagai jalan masuk untuk sampai ke dalam negeri Booi, dan bagi leluhur orang Booi sudah menerapkan strategi pertahanan  terbaik  (High Level) versi mereka, jika sewaktu-waktu ada serangan musuh atau terjadi perang, dengan hanya membangun sebuah jembatan untuk menghubungan ujung jurang yang satu dengan ujung jurang permukiman mereka yaitu tempat di negeri Booi berada sekarang. Dan di dalam historis orang Booi tradisional, para penjaga pintu gerbang (Iloilowonyo) sebagai pertahanan negeri telah ditetapkan penjaganya untuk menjadi tugas dan dijadikan tanggung jawab utama penjaga tersebut. Dan salah satu penjaga Jembatan Iloilowonyo itu yaitu seorang yang terpilih dari marga Taberima. Hal ini menjadi bukti, kalau keturunan marga Taberima di negeri Booi tetap konsisten untuk mendiami sekitar areal di bagian utara negeri Booi (sekitar jembatan Iloilowonyo) hingga sekarang.


Dengan berjalannya waktu, ketika konteks hidup orang Booi mulai terus berkembang dan tidak lagi ada ancaman-ancaman perang antar negeri, atau antar suku dan sub suku, maka jembatan Iloilowonyo mulai di pugar seiring dengan waktu hingga diapitlah jembatan Iloilowonyo dengan tangga batu, ibarat sebuah cover book Jembatan Iloilowonyo dan tangga batu berada di depan, sebelum orang lain membaca isi sebuah buku yang menarik, yaitu tentang Negeri Booi. Lalu kemudian di hari ini kita akan mengenal bentuk eksotisnya, yaitu dari sebuah evolusi ide pertukangan orang Booi Trap-Trap yang dibangun secara persisi dalam setiap konstruksi Trap-Trap Booi (sebagai bukti, kalau ada sudah terbiasa berjalan di atas trap-trap Booi, anda bisa berjalan dengan mata tertutup-pun tidak akan jatuh, karena tinggi rendah, dan lebar dari trap satu dengan trap yang lain, selalu persisi) sesungguhnya berasal dari tangga batu yang disusun sangat sederhana awalnya, dan terus berkembang hingga kini melintasi periodesasi hidup generasi ke generasi. 

Hingga sampai kepada generasi abad 19 seorang kepala tukang besar di negeri Booi almarhum "Petrus Soumokil" yang memimpin sejumlah teknik pertukangan yang baru untuk  menciptakan dan membangun sejumlah mahakarya di negeri Booi dengan dibantu oleh sejumlah rekan sejawatnya pada saat itu dari marga lainnya. Untuk itu, Sebagai bukti mahakarya orang Booi yang hidup di abad 19 antara lain : Jembatan Iloilowonyo, Trap-Trap, dan rumah gereja dengan desain arsitektur yang sangat berkarakter, unik, dan kemudian menjadi model untuk terciptanya sejumlah rumah gereja di negeri-negeri adat lainnya di Maluku. Realitas ini kemudian menjadi cerita pengingat akan sejarah orang Booi yang semestinya diberikan apresiasi dan dikenang. Sebab ada pepatah : "Bangsa yang besar, adalah bangsa yang mengingat akan jasa para pahlawannya". Artinya mungkin para leluhur kita orang Booi tidak menanggap dan menyatakan diri mereka itu adalah seorang Pahlawan, tetapi dengan ketulusan hati, kejujuran, loyalitas, dan solidaritas diantara mereka pada saat itulah yang kemudian memampukan mereka semua untuk membuktikan dalam wujud karya-karya besar di dunia pertukangan, sebagai tolok ukur hidup bersama mulai dari Sawahil, Negeri Booi Tradisional, hingga sampai pada mereka yang hidup di abad ke 19, dan tentunya bagi kita sekarang.

                   (Foto : Kepala Tukang Besar Negeri Booi, PETRUS SOUMOKIL, saat menyerahkan kunci gereja darurat kepada Ibu Raja negeri Booi, 1989)

Perlu ditambahkan lagi, keyakinan akan loyalitas dan solidaritas inilah yang leluhur kita orang Booi rela menanggalkan ego mereka masing-masing, idealisme keluarga atau mataruma, untuk melebur diri menjadi satu kesatuan demi membangun negeri Booi sebagai tempat hidup bersama. Untuk itu, ada harga yang mereka harus bayar untuk semua yang kita lihat sekarang, yaitu bersusah-payah bekerja dan membangun secara bersama-sama, menangis dan gelisah ketika ada tantangan namun tetap dihadapi bersama-sama (terkait teknis kerja, dll); dan ini semua demi satu tujuan yang luhur untuk membangun negeri seperti sekarang. Bahwa perihal substansial mereka (baca:Leluhur) sebagai orang Booi, dalam mewujudkan kemenangan secara bersama, kejayaan, yang berunjung pada kebahagiaan dan keadilan yang merata, ini adalah konsep ideal mereka yang menjadikan mereka unik dari yang lain di pulau Saparua; dengan begitu yang seharusnya kenyataan ini wajib diwarisi sebagai nilai dasar hidup kita generasi Booi di hari ini.     

Kembali lagi ke Jembatan Iloilowonyo yang berarti "sampe disini jua, lalu katong ilo sama-sama"  (sampai di sini saja, lalu kita pikul/jinjing sama-sama) sesungguhnya telah teraktakan lewat simbol hadirnya Jembatan itu yang dirancangan untuk memberikan pembelajaran tentang prinsip-prinsip keadilan sebagai orang Booi, oleh generasi terdahulu kepada kita di hari ini dan seterusnya. Dan hebatnya lagi seluruh pembangunan Jembatan Iloilowonyo didasarkan pada kekuatan Swadaya (Masohi dan Badati) seluruh orang Booi yang ada di Booi dan di tanah perantauan dalam bentuk sumbangan dana. Dan bukan mengharapkan dana subsidi Pemerintah Indonesia, lewat APBN apalagi APBD. Sehingga dalam konteks inilah, setiap pembangunan yang terjadi pada abad 19 itu, selalu saja tepat dengan perencanaan mereka (di mulai dan diselesaikan sebuah kerja negeri selalu tepat waktu), karena bagi orang Booi pada saat itu, tidak menunggu ada rancangan, persetujuan, pembahasan, serta pengesahan anggaran dari negara dulu, seperti tahapan proses suatu APBN hingga APBD yang harus di melewati tahapan yang panjang (end to end) hingga pencairan dana; demi membiayai sebuah proyek pembangunan infrastruktur di suatu desa atau negeri. Sehingga dari sisi efektifitas dan kualitas, apa yang dihasilkan oleh kinerja leluhur kita seperti yang kita kenal sekarang, selalu saja efektif, efisien, dan sangat berkualitas. Sebab prinsip-prinsip solidaritas itu, benar-benar dimiliki oleh mereka, karena dalam mindset mereka, tidak ada kecendrungan korupsi akan anggaran belanja yang sesungguhnya adalah hasil badati seluruh anak cucu dari negeri Booi di seluruh dunia untuk membantu seluruh basudara mereka yang Booi, yang hanya siap berkerja secara fisik dan psikis segala bentuk kerja negeri tersebut.

Dari kenyataan ini, penulis masih tetap konsisten membuka pemahaman orang Booi pada umumnya akan nilai-nilai substansi dari jerih payah leluhur kita saat membangun negeri seperti sekarang, agar mata hati dan mata jasmaniah kita bisa benar-benar terbuka untuk membaca, mengerti, lalu kemudian memberi pemaknaan dan amalkan dalam pikiran, tutur kata, serta tindakan. Sehingga menjadi orang Booi di hari ini, bukanlah menjadi orang Booi yang berpikir instan, dan pragmatis karena tuntutan jaman yang sudah sangat berbeda. Tetapi justru pada pijakan nilai-nilai subtansial orang Booi dalam sejarahnya perlu dan penting untuk dipelajari kembali, dengan harapan akan ada sejumlah kearifan dan kebijaksanaan yang dimasukan dalam sebuah keputusan besar di hari ini dan nanti, demi keberlanjutan eksistensi hidup orang Booi dalam sejarah dunia.



OPINI SAVETRAP2BOOI: Apakah dengan runtuhnya Iloilowonyo dan dijadikan jembatan penghubung transportasi darat adalah tanda kemenangan musuh yang bernama"MODERNISME"? 
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Kami paguyuban SaveTrap2Booi penting membuat opini semacam ini, sebab ada tendensi yang sangat kuat mengarah pada kenyataan "pemusnaan" seluruh tatanan warisan budaya orang Booi, yaitu Trap-trap sebagai aset negeri Booi yang paling berharga.

Untuk itu mari dimulai dari konteks historis sesuai dengan pengetahuan leluhur orang Booi, bahwa Jembatan Iloilowonyo adalah reprentasi dari "Gerbang Pertahanan" dari ancaman musuh dan perang, yang faktanya di hari ini telah dirubah wujudnya menjadi Jembatan penghubung, dimana transportasi darat seperti mobil dan motor ojek sudah bisa masuk sampai di salah satu ruas jalan di Booi. Apakah ini adalah bukti bahwa Gerbang Pertahan orang Booi telah dirubuhkan oleh musuh.? Dan kemenangan pihak musuh, sudah tinggal menghitung waktu untuk menghabiskan seluruh keagungan dan kejayaan orang Booi dengan aset-aset berharganya, yang selama berabad-abad lamanya tidak bisa ditembus oleh pihak manapun?? 



Opini ini bukan berati tidak berdasar pada fakta, bahwa belum lama setelah ruas jalan "semi aspal" yang dibangun pada kuartal terakhir 2014 kemarin oleh pemerintah negeri Booi sendiri (yang saat itu diwarnai dengan pro dan kontra, dan SAVETRAP2BOOI salah satu yang mempelopori perlawan proyek ini bersama-sama dengan masyarakat Booi lainnya, karena dihancurkannya puluhan trap2 masuk negeri sampai di dalam negeri Booi) mendapat perlawanan dari pihak yang kontra; justru dalam waktu yang sangat cepat telah ada lagi rencana aktif "proyek jalan aspal" yang lain, dan akan masuk dan dieksekusi dalam waktu dekat di tahun ini untuk membela negeri Booi secara masiv.

Dari sejumlah pengalaman dan kenyataan inilah, menurut kami ini merupakan serangan yang mematikan dan nyaris telak telah menembus jantung negeri Booi, karena strategi perang musuh sangat rapi dan manipulatif. Fakta-fakta ini, membuat masyarakat Booi sendiri sudah dalam posisi lemah, orang Booi pada saat ini, telah mengalami dilema yang sangat hebat (khusus bagi orang Booi yang hidup di kampung halaman), apakah mereka masih bisa bertahan? atau harus menyerah tanpa syarat tanpa perlawanan? sebab siasat musuh telah berhasil meruntuhkan "Gerbang Pertahanan" yaitu Jembatan Iloilowonyo. Mungkin lebih tepatnya, bagi orang Booi yang kontra dengan proyek pembangunan ini baik yang hidup di negeri Booi sekarang dan yang hidup di tanah perantauan, sebagian besar hanya bisa berserah dan mengharapkan "Mujizat".

Untuk itu, sampai pada titik ini kami SaveTrap2Booi  mungkin hanya tertinggal seberapa dan tidak sebanding dengan kekuatan musuh, tetapi kami sadar dengan sungguh, bahwa membangun asa sebagai mana arti "SAMAHUA" (bersama dengan HUA) atau Samahu Amalatu, "bersama TUHAN Negeri Raja" tidak ada yang mustahil. Jika musuh telah mengepung kita, tetapi kita akan siap membangun perlawanan dan mengusir mereka. Sebab ini hak ulayat kita, sebab ini aset kita, sebab ini kemerdekaan kita, sebab ini susah dan sengsara kita, sebab ini karingat dan darah kita, sedikitpun tidak boleh mundur, bahkan negara manapun dimuka di bumi ini tidak bisa berhak atas semua yang menjadi milik kita. 

Jika musuh ini "Modernisme" namanya; mari kita buat perundingan kembali, sebab dengan peperangan tidak pernah menyelesaikan masalah, karena TUHAN kami mengajarkan prinsip-prinsip keadilan dan kedamaian, seperti yang dibuat dan diturunkan oleh leluhur negeri kami secara turun temurun bagi kami yang masih mempercayainya. Tetapi jika musuh kita tidak mau berunding ulang, maka kalian di pihak kalian, dan kami di pihak kami. Sebab kami tahu, mungkin kami keliru, tetapi jangan kalian para musuh mengajarkan kami tentang "kesalahan"; karena kesalahan lebih besar dampaknya dari pada sebuah kekeliruan. Apalagi ingin mengajarkan kami tentang sebuah "kesalahan"  atau lebih, yang sesungguhnya kalian sudah tahu dengan sadar keputusan kalian itu salah dan serakah.

Sebab sejak awal, apa yang dilakukan oleh leluhur kami, telah memberikan kami yang masih tetap mempercayai dan meyakini semunya tentang mahakarya mereka (terutama Trap-trap) itu justru telah memberikan rasa damai bagi negeri ini dan asri sebagai instrumen hidup sehat, meski semua orang ditempat lain merasa susah dengan segala masalah sosial karena "modernisme". Untuk itu semua, pedoman kami inilah  yang mendorong kami orang Booi yang damai ingin melanjutkannya cerita-cerita besar kami bagi generasi demi generasi, karena disitulah ada kebenaran yang sejati. Ini suara hati kami, mohon maaf kalau ada keliru kata dan bahasa.
 

TANITAL ETO NUHUI
SaveTrap2Booi

1 comment:

  1. Stainless Steel vs Titanium Apple Watch - Tiaglitz
    Stainless Steel vs Titanium micro touch titanium trim Apple Watch. Designed in the Apple titanium scrap price Watch. Designed in the Apple Watch. It has 1,821 square titanium nose rings meters remmington titanium and is titanium pot currently manufactured at Tectonic Inc.

    ReplyDelete